Apakah Menulis Artikel di Era AI Masih Relevan?

Menulis artikel di era AI menghadirkan tantangan sekaligus peluang. Artikel ini mengulas relevansi penulisan manusia, nilai tambah penulis, serta peran AI sebagai alat pendukung, bukan pengganti.

12/15/20254 min read

a close up of a computer screen with a menu on it
a close up of a computer screen with a menu on it

“I believe AI is going to change the world more than anything in the history of humanity. More than electricity.” –Kai Fu Lee

Di masa serba digital saat ini, penggunaan AI bukanlah hal yang asing. Sebab, kecerdasan buatan telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Sebagaimana penemuan lainnya, kehadiran AI membawa harapan sekaligus kecemasan. Bagi banyak orang, penggunaan AI dapat mempermudah berbagai macam urusan. Namun, bagi sebagian lain, ini adalah malapetaka dan saingan bagi angkatan kerja.

Salah satu pekerjaan yang terancam adalah penulis, terutama para content writer dalam penulisan artikel. Hal tersebut dikarenakan AI dapat membuat berbagai karya tulis dalam hitungan detik. Mulai dari draft perencanaan hingga penyajian siap terbit.

“Jadi, apakah menulis artikel di era AI masih relevan?”

Pada tulisan ini, kita mencoba menjawab pertanyaan itu.

AI Bukan Hal Baru

Sebelum membahas soal relevansi menulis artikel di era AI, kita perlu tahu dulu latar belakang dan situasi sesungguhnya.

Jika kita menilik pada sejarah, sebenarnya AI bukanlah hal baru.

“Lah, memang iya?”

Berdasarkan penjelasan Dr. Lukas, penemuan AI terbagi dalam empat tahap. Mulai dari pengembangan teori tahun 1900-an, perumusan AI 1950-an, second wave pada 1980-an, serta masa 2000-an yang berbarengan dengan perkembangan komputer dan internet.

AI sudah mulai dikenal luas oleh masyarakat sejak 2010. Google Assistant dan Siri Apple merupakan contoh aplikasi AI yang banyak digunakan saat itu. Apakah kamu juga pernah menggunakannya?

“Eh, tapi sebenarnya, apa sih tujuan AI dibuat?”

Mengutip artikel dari Universitas Esa Unggul, teknologi AI memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas di berbagai sektor, serta mengubah cara hidup dan bekerja kita di masa depan.

Artinya, penemuan AI memiliki tujuan untuk mempermudah manusia. Namun, perlu diingat bahwa setiap perubahan membawa konsekuensinya masing-masing.

Lantas, apa saja tantangan menulis artikel di era AI?

Tantangan Menulis Artikel Saat Ini

Tak bisa dipungkiri, menulis artikel di era AI jadi sangat mudah. Kamu bahkan bisa meminta kecerdasan imitasi untuk melakukannya. Kamu hanya perlu menentukan topik, memasukkan perintah, lalu mereka akan menyajikannya.

Namun, sadarkan kamu bahwa kemudahan itu bisa jadi ilusi semata?

Belakangan, masalah etis tidaknya tulisan AI menjadi perbincangan hangat. Apalagi, setelah hasil riset Universitas Cambridge keluar beberapa waktu lalu.

Riset tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar novelis Inggris yang menjadi responden meyakini kecerdasan buatan akan mengambil alih pekerjaan mereka.

Padahal, mereka adalah penulis fiksi yang notabenenya memiliki kreativitas yang tidak dipunyai oleh AI manapun.

“Lantas, bagaimana dengan content writer?”

Menulis artikel di era AI saat ini memang menawarkan kemudahan. Namun, di balik efisiensi tersebut, terdapat sejumlah tantangan yang patut disadari oleh para penulis, khususnya content writer.

Tantangan-tantangan ini bukan hanya soal teknis, tetapi juga menyentuh aspek etika, nalar, hingga keberlanjutan kemampuan menulis itu sendiri.


#1 Resiko Plagiarisme dan Minimnya Orisinalitas

Sebagaimana namanya, kecerdasan artifisial bekerja dengan cara mempelajari dan meniru pola dari data yang sudah ada sebelumnya. Ia tidak menciptakan gagasan baru, melainkan merangkai ulang informasi yang pernah dipelajarinya.

Dalam konteks penulisan artikel, hal ini tentu menimbulkan risiko plagiarisme, baik yang disadari maupun tidak.

Lebih jauh, ketergantungan pada AI juga berpotensi melahirkan tulisan-tulisan yang seragam. Artikel menjadi kehilangan ciri khas penulisnya, karena gaya bahasa, sudut pandang, dan struktur tulisan cenderung mengikuti pola umum yang sama.

Akibatnya, nilai orisinalitas yang seharusnya menjadi kekuatan utama sebuah tulisan justru semakin memudar.

#2 Tumpulnya Kemampuan Menulis dan Bernalar

Dalam proses menulis, manusia tidak sekadar merangkai kata. Saat membaca referensi dan menyusun gagasan, otak melakukan proses encoding dan decoding.

Kedua hal ini merupakan mekanisme penting dalam berpikir kritis dan memahami informasi baru. Sebab proses inilah yang melatih daya analisis, logika, dan kemampuan bernalar seorang penulis.

Ketika sebagian besar proses tersebut dialihkan ke AI, penulis cenderung melewati tahapan berpikir yang esensial. Tulisan memang dapat selesai lebih cepat, tetapi kemampuan menulis dan bernalar perlahan tidak lagi terasah.

Dalam jangka panjang, hal ini bisa membuat penulis kehilangan kepekaan dalam mengolah ide, menyusun argumen, dan membangun alur berpikir yang runtut.


#3 Menimbulkan Ketergantungan

Kemudahan yang ditawarkan oleh kecerdasan artifisial sering kali menghadirkan rasa nyaman. AI dapat membantu menentukan kerangka, menyusun paragraf awal, bahkan merapikan bahasa dalam waktu singkat.

Namun, jika digunakan tanpa kendali, kenyamanan ini dapat berubah menjadi ketergantungan.

Ketergantungan tersebut membuat penulis merasa sulit memulai atau menyelesaikan tulisan tanpa bantuan AI. Alih-alih menjadi alat bantu, AI justru mengambil alih peran utama dalam proses kreatif.

Pada titik ini, penulis berisiko kehilangan kepercayaan pada kemampuannya sendiri.

Berbagai tantangan tersebut menunjukkan bahwa menulis artikel saat ini bukan sekadar soal kecepatan dan efisiensi. Ada aspek nilai, proses berpikir, dan identitas penulis yang ikut dipertaruhkan.

Maka dari itu, penting untuk kembali pada pertanyaan mendasar: di tengah segala tantangan ini, apakah menulis artikel di era AI masih relevan?

person using MacBook Pro
person using MacBook Pro

Relevansi Menulis Artikel

“Membaca dan menulis adalah cara untuk menjaga agar pikiran kita tetap bekerja.” –Ahmad Rifa’i Rif’an


Sebenarnya, relevan tidaknya menulis artikel di era AI tergantung pada beberapa hal kunci, bukan hanya sekadar kehadiran AI itu sendiri. Pertanyaan ini lebih berkaitan dengan bagaimana dan untuk apa sebuah tulisan diciptakan.

Apa saja kunci tersebut?

#1 Tujuan Penulisan

Jika tujuan penulisan hanya untuk menyampaikan informasi umum, maka AI bisa menggantikan peran itu.

Namun, jika tujuannya untuk membangun pemikiran, sudut pandang, refleksi, atau suara personal, tulisan manusia akan tetap relevan.

Pada titik inilah menulis tidak lagi sekadar aktivitas produksi konten, melainkan proses berpikir dan pemaknaan.

#2 Nilai Tambah Penulis

Menulis artikel di era AI juga tetap sangat relevan bila diberikan nilai tambah seorang penulis. Nilai tersebut bisa berupa perspektif unik, pengalaman personal, analisis kontekstual, dan kedalaman emosi.

Sebab, hal-hal seperti ini sulit untuk ditiru oleh kecerdasan artifisial.

Tulisan yang lahir dari pengalaman hidup memiliki lapisan makna yang tidak bisa dihasilkan hanya dari pengolahan data.

#3 Audiens yang Dituju

Bagi pembaca tertentu, keaslian, kedekatan emosional, dan otoritas penulis adalah hal yang penting.

Alhasil, artikel manusia justru lebih bernilai bagi mereka.

Pembaca tidak hanya mencari jawaban, tetapi juga ingin merasa dipahami dan terhubung dengan penulisnya.

#4 Memanfaatkan AI

Kehadiran AI seharusnya bukan musuh bagi para penulis. Justru, dapat menjadi partner menulis. Kecerdasan buatan dapat menjadi alat bantu saat melakukan riset dan editing. Akibatnya, proses menulis bisa lebih singkat.

Dengan posisi ini, AI berperan sebagai pendukung, sementara kendali utama tetap berada di tangan penulis.

Itu dia pembahasan kita tentang relevansi menulis artikel di era AI. Pada akhirnya, yang menentukan relevan tidaknya sebuah tulisan bukanlah teknologi yang digunakan, melainkan manusia di baliknya. Bagaimana menurutmu?

Referensi:

Binus University. (02 Mei 2025). Sejarah singkat tentang kecerdasar buatan (artificial intelligence). Diakses pada 15 Desember 2025, dari https://graduate.binus.ac.id/2022/05/02/sejarah-singkat-tentang-kecerdasan-buatan-artificial-intelligence/

Universitas Esa Unggul. (03 Maret 2023). Mari mengenal lebih dekat tentang artificial intelligence (AI). Diakses pada 15 Desember 2025, dari https://fasilkom.esaunggul.ac.id/mari-mengenal-lebih-dekat-tentang-artificial-intelligence-ai/

Kompas. (23 November 2025). Novelis khawatir hasil AI akan menggantikan karya mereka sepenuhnya. Diakses pada 15 Desember 2025, dari https://www.kompas.id/artikel/ratusan-novelis-percaya-ai-akan-menggantikan-karya-mereka-sepenuhnya